WHAT'S NEW?
Loading...
KASIH TAK SAMPAI
http://jokosun.blogspot.co.id/2012_02_01_archive.html
Oleh : Kafabih
Hujan turun lagi dan membasahi semua yang ada di bumi, tak terkecuali
susunan genting rumahku juga tak luput oleh sapuannya. Hingga lama-kelamaan
kumpulan bulir-bulir air itu mengalir melewati atap-atap dan akhirnya memenuhi
talang sampai nantinya jatuh ke bumi. Dari balik jendela kamar ku yang disetiap
sudut dindingnya penuh dengan foto tentang mu. Aku sendiri terpaku menatap
tetesan air yang jatuh dibalik daun-daun pepohonan sekitar rumah. Hembusan
angin yang menerobos dari balik jendela membuat perasaanku menjadi sejuk dan
bahagia. Laksana memandang raut wajah manismu dari balik jendela kelas saat
kita masih duduk dibangku SMA. Saat-saat yang tak mungkin bisa kulupakan hingga
saat ini. Lesung pipi yang nampak saat kau tersenyum menambah aku kian larut dalam
lamunan yang tak pernah kualami sebelumnya. Hidungmu yang sedikit pesek tak
membuat aura kecantikanmu hilang olehnya, namun itu yang menjadikan ciri khas
darimu selain lesung pipi yang kau miliki.
Hingga pada akhirnya lamunanku buyar oleh tetesan air yang menerobos
disela-sela genting yang bocor karena hujan yang semakin deras, dan tepat
mendarat di pipiku.
“Ah… sial, belum sempat aku menghayal tentang mu lebih jauh, kau sudah
menyadarkanku darinya, dasar kau hujan. Kau yang membawa aku akan hanyalan
tentangnya, dan kau juga yang menyudahinya.” Gerutuku sambil mengusap pipi
yang basah oleh air hujan seraya menghadap pada cermin yang tertempel di sudut
tembok kamar.
Sudah cukup lama aku tidak menghayal tentang mu, Gita. Dan kali ini hujan
membawaku akan hadirnya dirimu, dan itu cukup membuat rasa kangen ku tumbuh
bersemi seperti saat lalu. Saat kita sedang duduk berdua di bawah pohon
beringin sambil memandangi air telaga yang tenang. Dan jari-jari lentikmu
menari-nari pada senar gitar kesayanganmu, dan menyanyikan lagu kesukaan kita
berdua. Serta hembusan angin yang sepoi-sepoi kian membuat romantis. Sudah 7
tahun kita tak bertemu semenjak kita lulus SMA, namun rasa cinta yang tersimpan
didalam hati paling dalam masih terjaga dengan baik. Dan seutas gelang
pemberianmu masih kupakai dan kujaga hingga saat ini. Namun aku masih berfikir,
apakah perasaanmu masih sama denganku ?? Sebuah tanda tanya besar yang
menghantui dan menjadi racun akan kematian cinta kita. Aku sendiri sudah lepas
kontak cukup lama semenjak kau telah ganti nomor telepon.
Handphoneku yang penuh dengan foto-foto kenangan saat itu, tiba-tiba
berdering oleh sebuah pesan masuk. Kuambil lalu kubaca, ternyata temanku Gilang
memberiku sebuah nomor telepon milik Gita. Ya, karena memang beberapa hari yang
lalu aku sengaja meminta Gilang untuk mencarikan nomornya, dan baru hari ini
mendapatkannya. Ah, alangkah bahagianya diriku serasa mendapati
bidadari-bidadari syurga yang turun di kamarku. Segera ku telepon nomor itu
tanpa pikir panjang.
Dan …..
“Tuuut… tuuut… tuuut…” Teleponku tersambung, namun tidak ada
jawaban. Akupun tak patah arang dan kutelepon lagi seraya harap-harap cemas.
“Tuuut… tuuut… tuuut…” Nada yang sama yang muncul, dan akupun tak
patah arang untuk kedua kalinya. Hingga akhirnya muncul suara “Silakah
tinggalkan pesan setelah nada berikut”
“Gita sayang… apakah masih kau ingat dengan suara ini ? suara yang
begitu dekat dengan telingamu. Saat kita dahulu sering melepas rasa rindu lewat
telepon genggam dimalam hari, kau sedang asyik berada di dalam kamar, sedang
aku berada di atas genting seraya memandangi wajah bulan purnama seindah raut
wajah mu. Dan pernah suatu hari aku jatuh dari atas genting. Dan masih banyak
lagi kenangan-kenangan yang tak mungkin bisa kulupa Gita,,,, apa kau juga
seperti aku? Jawaban kamu aku tunggu Gita, dan sampai pesan suara ini kukirim
untukmu, aku masih sayang padamu.”
Jarum jam dinding menunjuk pada angka 16.15 WIB, sudah satu jam belum ada
jawaban dari pesan suara yang aku kirim. Suara rintik hujan masih setia
menemani penantianku hingga diriku tak sadar terbawa dalam alam mimpi, dan
lagi-lagi aku bertemu denganmu duduk berdampingan lengkap dengan gaun putih
panjang yang kau kenakan serta jas hitam yang aku kenakan dalam sebuah ruangan
yang penuh dekorasi kebahagiaan. Serta tamu-tamu undangan berpose dibalik
jepretan kamera. Dan kebagaiaan itu tak berlanjut lama, setelah handphoneku
berdering keras di sampingku.
“Hey…. !! Keparat kau, jangan sekali-kali ganggu istri orang, Gita
sudah menjadi milik orang lain saat ini, dan kau jangan bermimpi akan hal itu.”
Tut… tut… tut… sambungan telepon terputus, handphoneku pun jatuh kelantai
hingga terpisah tiga bagian. Bagai tersambar petir disiang bolong. Dan hujanpun
semakin deras, seakan ikut menangisi nasibku yang begitu sial.
“Gitaaaaa…… !!! kau telah mengingkari janji suci kita di bawah pohon
beringin, dan cintamu tak sekokoh akar beringin yang mencengkram bumi, janjimu
palsu bagai buah kedondong yang hanya halus diluar namun menyerabut di dalam. Lidahmu
menusuk dari belakang hingga hanya rasa sakit yang kau berikan. Inikah balasan
yang selama ini kau berikan kepadaku??!! Sedang aku setia menunggumu, setabah
bebatuan kali yang diterjang air banjir. Dan mulai detik ini aku tidak akan
bisa lagi menerimamu, meskipun kau menginginkanku lagi”
Hujan mulai reda hingga haripun diakhiri dengan munculnya senja di ufuk
barat sebagai penutup hari yang penuh kelabu.
*****
Hari-hariku semakin tak berdaya dan tak punya masa depan yang jelas,
hingga aku tak pernah lagi keluar dari kamar terkecuali untuk makan dan ke
kamar mandi. Aku jadi seorang yang menarik diri dari lingkungan dan
teman-temanku. Hingga pada suatu hari pintu kamar diketuk oleh seorang yang tak
kukenal, dan dia bersama Gilang temanku. Dia berparas ayu, sopan dan lemah
lembut. Kacamata frame hitam menambah rupanya menjadi nan cantik. Gaya bahasa yang
lugas dan penuh motivasi serta penyampaian yang menggugah semangat tumbuh
kembali. Seminggu sekali dia selalu datang bersama Gilang sekedar menjenguk dan
memberi motivasi. Terkadang dia ajak aku sekedar cari udara segar diluar rumah,
atau duduk berdua dibawah pohon beringin pinggir kali. Sebuah buku pemberiannya
selalu kubaca menjelang tidur tengah malam. Buku yang berjudul “Me-Manajemen
Hati Untuk Sebuah Kebahagiaan” kian memantapkan hatiku bahwa dia adalah sosok
yang selama ini kucari. Hingga tak kusadari aku mulai ada rasa yang mulai tumbuh
didalam hati.
Waktu terus bergulir, hingga kebahagianpun semakin mantap menuju
pelaminan, dan hal ini sulit aku nalar dengan akal sehatku, betapa tuhan telah
menggantinya dengan sosok yang bernama Dini,
dan kini aku hidup penuh bahagia bersama seorang anak dan istriku yang cantik
jelita.
*****
Hingga pada suatu sore hari saat aku dan keluarga kecilku sedang
menikmati suasana santai sore hari di teras rumah sederhanaku, nampak seseorang
turun dari becak yang dinaikinya, lalu menuju pintu gerbang halaman rumahku.
Aku kian penasaran dan fikiranku kembali mengorek-orek memory yang telah
tertutup oleh bunga-bunga kebahagian keluargaku. Siapakah gerangan wanita itu.
Aku benar-benar amnesia saat itu dan memory ku tak mampu membongkar identitas wanita
itu.
“Silahkan duduk mbak, mau bertemu dengan siapa ya ?” Tanya istriku
dengan nada lembut.
“Betul ini rumah mas Zaenal ?”
“Betul, apa yang bisa kami bantu mbak ?” Tanya istriku lagi.
“Ini ada titipan dari seseorang” sembari mengeluarkan amplop dari
dalam tas hitam yang dia kenakan, lalu wanita itu pergi dan hilang dibalik
pagar. Aku sendiri kian bingung dan penuh tanda tanya besar di otakku. Apa pula
yang dibawa wanita itu, dan meninggalkan sepucuk amplop tanpa meninggalkan
identitas si empunya amplop tersebut. Ah, pikiranku kian kacau dan rancu. Apa gerangan
yang hendak terjadi, dan apa pula isi amplop tersebut seakan penuh misteri. Amplop
kubuka dan jantungku kian berdetak kencang, dan seketika kedua mataku tertuju
pada selembar surat bertuliskan tangan.
“Aku pernah bahagia saat mengenalmu dulu, dan itu tak akan bisa lenyap
dari hatiku paling dalam, dan terukir jelas di dasarnya. Namun aku tidak bisa
menolak pilihan orang tuaku, meski aku tak mencintainya. Dan namamu masih rapat
kusimpan di dalam hati. Kini aku tengah terkapar tak berdaya di rumah sakit
karna ulah tangan besinya, hingga dia mendekam dibalik jeruji besi. Pada
akhirnya aku harus mengalami gegar otak hingga kritis. Surat ini aku tulis
sekuat tenaga setelah melewati masa-masa kritis. Dan untuk kali ini, aku ingin
memandang wajahmu untuk terakhir kalinya, karena dokter momvonis umurku tidak
lama lagi”.
Bagai petir disiang bolong, dan ingatanku mulai pulih dari amnesia
panjang setelah selembar foto dibalik surat nampak begitu menyihir kedua
mataku.
“Apa yang terjadi denganmu Gita…”
Hatiku kian bergejolak tak menentu setelah membaca sepucuk surat dari
Gita. Apa aku harus bergegas ke rumah sakit atau aku tidak perlu menemuinya. Toh
dia juga pernah membuat hatiku terluka. Ah, rasanya aku menjadi manusia yang
paling tidak punya hati jika tak menemuinya.
“Ayo kita bergegas ke rumah sakit” ajak istriku tanpa pikir
panjang.
*****
Bau obat farmasi dan anyir darah langsung menyambut saat kaki melangkah
masuk RSUD Dr. Koesma Tuban. Orang-orang lalu lalang menjenguk keluarganya yang
sakit. Para dokter dan perawat mondar-mandir dari satu ruang ke ruang lain. Aku
mempercepat langkah bergegas menuju ruang kenanga tempat dia dirawat. Tiap ruangan
tak lepas dari pandanganku, hingga langkahku terhenti oleh hospital bed dengan seseorang tertutup kain
putih yang keluar dari ruang kenanga.
“Dia telah kembali dipelukan-Nya” ucap dokter yang kutemui.
Hingga air mataku menetes untuk pertama kalinya. Dan aku belum bisa
memenuhi permintaan terakhirmumu. Selamat jalan Gita, semoga kau bahagia disana.
Bangilan, 14 Februari 2017
LEGENDARIS SOTO AYAM MBAH MAD
DI BANGILAN TUBAN
Dunia kuliner Indonesia dari Sabang
sampai Merauke sudah terkenal semenjak jaman dahulu, karena berbagai macam
rempah-rempah tersebar diseluruh pelosok negeri. Sehingga kuliner di Indonesia
sangat beraneka ragam macam dan bentuk yang mempunyai ciri khas masing-masing. Hingga
akhirnya menghasilkan aneka kuliner yang beraneka ragam dengan ciri khas yang berbeda-beda
disetiap daerahnya, seperti Padang terkenal dengan nasi padang, di Palembang
ada empek-empek yang menjadi ciri khasnya, Jakarta punya kerak telor khas
betawi, Jogja dengan gudegnya dan madura dengan satenya. Dan masih banyak lagi
yang tidak dapat disebut satu persatu.
Dan untuk daerah Tuban sendiri terdapat
beberapa jenis kuliner khas, dan yang paling populer diantaranya adalah minumn legen
dan buah siwalan. Namun selain itu masih banyak lagi kuliner Tuban yang
melegenda semenjak dahulu. Salah satunya adalah kuliner yang berasal dari
Kecamatan Bangilan yaitu Soto Ayam Mbah Mad. Meskipun masih banyak lagi
kuliner yang dapat direview akan kelezatannya, atau keunikannya, bahkan
keeksistensiannya. Seperti warung pecel Pak Tukul, pemiliknya adalah mertua
dari pak Joyo Juwoto. Warung kopi Mbah Bibit, Warung Makan Cak Bosky, dan
tentunya serabi yang juga melegenda, yang berada di Dusun Degan, Desa
Kedungharjo.
Namun kali ini saya lebih tertarik
dengan keberadaan warung Soto Ayam Mbah Mad. Nama yang begitu melegenda
di kalangan masyarakat Bangilan, dan sudah tidak asing ditelinga. Karena
keberadaannya sudah cukup lama, semenjak tahun 1950 Soto Ayam Mbah Mad
ini sudah berdiri. Dialah Muhammad bin Ishaq pendiri sekaligus pemilik Warung Soto
Ayam Mbah Mad. Hari-harinya selalu disibukkan dengan berjualan yang
berlokasi di tepi jalan raya Bangilan, tepatnya di pertigaan Pulut, sebelah
timur jalan. Menu yang ditawarkan adalah soto lengkap dengan lontongnya. Rasa
yang begitu meleganda di lidah para penikmatnya, menjadi alasan untuk tidak
beralih tempat sarapan setiap pagi. Kuah yang kental dan lezat, serta taburan
bawang goreng, ditambah lagi racikan bumbu rahasia yang begitu memikat lidah. Belum
lagi potongan daging ayam kampung yang begitu empuk ditiap gigitannya, dan
begitu lezat dilidah saat disantap. Dan secangkir teh hangat sebagai penutup kelezatan
cita rasa Soto Ayam Mbah Mad.
Lokasi Warung Soto Mbah Mad
Setelah kepergian Pak Muhammad bin
Ishaq menghadap sang pencipta, maka di tahun 1992 kelangsungan warung Soto
Ayam Mbah Mad diteruskan oleh istrinya, yaitu Ibu Marhamah. Semenjak itu
mulai proses meracik bumbu, membuat lontong, menata tempat, hingga mendorong
gerobak dibantu oleh anak-anak beliau. Kegelisahan para penikmat dan pelanggan Soto
Ayam Mbah Mad tidak jadi kenyataan dengan beroperasinya warung Soto Ayam
Mbah Mad.
Dan keaadan itu berlanjut sampai
tahun 2009. Karena keadaan Ibu Marhamah sudah semakin sepuh, dan tenaga
mulai berkurang, maka keberadaan warung Soto Ayam Mbah Mad diteruskan
oleh anaknya yang paling bontot, yaitu anak yang nomor ke sepuluh. Dialah Abdul
Aziz, sang penerus keeksistensian warung Soto Ayam Mbah Mad, dan sebagai
pengobat rindu bagi penikmatnya, yang sudah berumur puluhan tahun. Hingga pada
akhirnya Soto Ayam Mbah Mad masih dapat dinikmati hingga saat ini.
Dan untuk para pembaca yang penasaran
akan kelezatan rasa legendaris dari Soto Ayam Mbah Mad, bisa langsung
datang ke Bangilan, sebuah kota kecil di sebelah selatan kota Tuban yang
perjalanan dapat ditempuh selama satu jam. Warung Soto Ayam Mbah Mad
beroperasi setiap hari mulai jam 07.00 WIB sampai dengan 10.00 WIB, dan khusus
hari jum’at tutup.
Jaman dahulu
mengetik dengan mesin Tik sudah merupakan alat Tik tercanggih untuk membuat
tulisan berlembar-lembar. Suara khasnya begitu keras terdengar hingga keluar
ruangan. Ketika ada ada kesalahan pengetikan kita tak jarang harus mengulang
dari awal lagi, kalaupun tidak cukup di sapu dengan kuas tipe-x. Belum lagi
jari-jari kita perlu tenaga ekstra untuk bisa menekan tombol-tombol huruf , seakan-akan
sedang memijit orang.
Namun dunia
pengetikan lambat-laun mengalami kemajuan dengan ditemukannya komputer. Sehingga
kita mengetik berlembar-lembar tulisan tidak perlu khawatir mengulangi dari
awal lagi bila ada kesalahan pengetikan. Karna sistemnya sudang menggunakan
file yang bisa di save dalam bentuk Microsoft Office, dan jika ada
yang perlu di rubah tinggal dibuka lagi dan di edit. Dan pencetakan tulisan ke
dalam lembara kertas dengan menggunakan suatu alat yang dinamakan printer.
Namun dengan kemudahan
itu masih dirasa kurang, seiring perkembangan zaman digital yang begitu pesat. Maka
kita sekaang ini tidak perlu repot dan susah untuk memencet tombol-tombol
keyboard anda. Karena sudah ditemukannya cara baru, yaitu dengan menterjemahkan
pita suara kita hingga dapat diubah dalam bentuk tulisan. Yaitu googel voice,
yang memulai perubahan baru ini. Yang mana google voice ini
mula-mula dapat diakses pada smartphone ber OS kan android. Yang mana,
memang OS Android sendiri product keluaran google.
Hingga akhirnya
merambah pada perangkat Personal Computer ataupun Laptop. Namun mungkin
teman-teman masih ada yang kesulitan dalam mengatur atau belum tahu caranya. Dan
satu hal yang penting, google voice memerlukan akses internet supaya
bisa di nikmati oleh pengguna.
3. Kunjungi link https://drive.google.com
4. Klik New => Google Docs
5. Lalu klik Add-ons => Speech Recognition => lalu klik
Start
6. Lihat layar sebelah kanan, klik => Start lalu mulailah
berbicara
7. Jika ingin berhenti klik => BERHENTI
8. Dan tulisan yang tadi diucapkan pun sudah otomatis muncul di
layar document.
9. Selesai
Demikian tutorial
singkat, dan mungkin bisa membantu teman-teman yang kesulitan. Namun yang pasti
sudah banyak yang bisa cara menggunakannya.
Oleh : Kafabih
Dipenghujung akhir tahun 2016
tepatnya tanggal 29 desember, sebuah rencana yang telah tersusun rapi di
pikiranku perlahan mulai kurealisasikan dalam bentuk perjalanan Ngetrip ke
gunung lawu. Pagi itu segala persiapan telah siap semua, mulai dari tas
ransel berisi pakaian secukupnya, jacket hitam, sarung tangan, masker hidung,
helm dan tak lupa motor yang aku jadikan kendaraan sudah ready to go.
Perjalanan kecil yang diharapkan bisa menjelajah ke semua sudut gunung lawu.
Tepat pukul 07.30 WIB aku mulai perjalanan ini dari Bangilan, namun aku tidak
sendiri kali ini, ada 2 orang rekan yang siap menemaniku dan sudah menanti di
perempatan Senori. Dia adalah Luqman dari Jatirogo, dan Burhan dari Soko.
Mereka berdua berboncengan dengan tas ransel di punggung.
Perjalanan pun dimulai dengan
disambut medan jalan tanjakan yang lumayan tinggi. Serta hempasan angin dingin
yang masih terasa sejuk di rongga dada, tak ketinggalan pancaran sinar
kemerahan dari sang mentari mulai menyambut dan memberi energi pada perjalan
kami. Putaran roda dan jarum speedo meter pada motor telah membawa kami
berhenti pada sebuah warung pinggir jalan raya Bojonegoro Ngawi. Kami putuskan
untuk istirahat sejenak sembari mengisi energi, karna dari rumah memeng belum
sarapan.
“Bu, sarapan 2, teh hangat satu dan
kopi hitam satu” pintaku pada ibu penjual.
Aku cuma pesan 2 sarapan saja, karena
Luqman telah sarapan dari rumah sebelumnya. Namun ternyata si ibu pejual
membawa 3 piring sarapan dari belakang. Yah daripada tak termakan terpaksa
disantap juga sama Luqman, hingga dia kekenyangan. Tak lupa satu dua jepretan
dari kamera ponsel aku abadikan moment itu.
Sehabis isi BBM di POM, dan kota
Ngawi pun telah berlalu dengan begitu saja tanpa ada moment yang berarti. GPS
di tangan ku jadikan guru panutan mencari arah jalur yang benar, hingga
akhirnya membawa kami ke arah Paron, Sine, Jamus. Jalur pun sudah mulai
berkelok-kelok bagai ular tangga dan naik turun bak jungkitan. Hingga nampak
pada kami plang arah menuju kebun teh Jamus. Tanpa pikir panjang kita
ambil jalur tersebut yang terus naik ke puncak lawu dengan pemandangan hamparan
kebun teh disisi jalan. Juga kami sempatkan merasakan dinginnya air mancur dan
air terjun yang ada di area kebun teh. Jalur masih terus naik dan
berkelok-kelok dengan hamparan kebun teh nan hijau dimata. Sesekali mata kamera
ponsel tak lupa mengabadikan moment itu. Hingga puncak tertinggi kebun teh
telah kita raih. Di area sekitar puncak kebun teh ternyata terdapat juga pabrik
pengolahan teh peninggalan Belanda, gereja, musholla, dan makam orang belanda.
Suasana sejuk dan aroma kembang untuk nyekar para peziarah pada salah
satu makam sangat kental terasa, namun sayang aku tidak dapat info makam siapa
gerangan.
Waktu sudah semakin siang, namun
udara sejuk tetap menyelimuti, hingga perjalanan kami lanjut ke Karanganyar.
Jalur yang ditempuh pun semakin ganas, namun suasana hijau kiri kanan
dan pemandangan yang begitu memanjakan mata membuat perjalanan yang panjang itu
tak terasa lelah sedikitpun. Sesekali aku berhenti sekedar untuk menikmati
hamparan hijau kebun teh yg luas dan tentunya jepretan kamera ponsel yang tak
boleh ketinggalan. Setelah perjalanan kurang lebih tujuh jam, akhirnya sampai
juga pada persinggahan yaitu di tempat ibu bapak di Kecamatan Jumantono
Kabupaten Karanganyar, yang terkenal akan buah duriannya. Sedikit rasa capek
langsung hilang oleh teh hangat, juga sebagai pengusir rasa dingin khas
pegunungan yang menusuk tulang. Hingga aku terlelap dalam tidur yang indah
sembari mempersiapkan tenaga untuk petualangan esok hari.
Mentari pagi enggan keluar karena
hujan yang lebat. Saat hujan telah reda, petualanganpun dilanjut ke waduk
lalung yang berada di Kabupaten Sukoharjo. Waduk yang begitu luas dengan
ketinggian tanggul sekitar 10 meter dari ruas jalan raya. Suasana asri dan sejuk
begitu terasa ketika naik ke tanggul. Nampak para pemancing bergulat dengan
kailnya untuk memperoleh ikan sebanyak-banyaknya.
Memasuki hari ketiga Ngetrip ke
gunung lawu, perjalanan kami lanjut ke Astana Giri Bangun, yaitu komplek
pemakaman keluarga mantan presiden RI ke dua, bapak Soeharto dan ibu Tien,
serta keluarga. Lokasi yang berada paling tinggi setelah puncak gunung lawu. Ada
tiga pos penjagaan untuk bisa masuk ke lokasi makam, pos pertama kita minta
surat pengantar kunjungan, lalu di pos kedua tanda tangan dan meninggalkan KTP,
lalu pos ke tiga kita dipanggil untuk ditanya apa tujuan ke Astana Giri Bangun ini.
“Bila ingin do’a singkat bisa saya langsung
antar ke dalam ruangan, namun bila tahlil panjang mohon di luar ruangan utama saja”
ucap bapak penjaga pos ke tiga.
“Dan juga, bila menginginkan foto
bisa mengambil gambar di semua tempat, kecuali di dalam ruang utama, nah bila
ingin foto di dalam kami sediakan fotografer” tandasnya
Begitu memasuki ruangan utama, aura kejawen
begitu pekat terasa. Di ruang utama ada 4 makam, yaitu makam bapak Soeharto,
ibu Tien Soeharto, serta makam ayah dan ibu bapak Soeharto. Kijing makam yang
terbuat batu marmer putih dan cokelat dengan kwalitas terbaik begitu nampak
mengkilat dan mewah. Foto-foto almarhum dan almarhumah terpampang di figura
besar, serta beberapa lencana pangkat yang pernah di sandang bapak Soeharto tak
lupa ikut di pajang. Nampak juga lencana logo TNI yang berukuran besar ikut
dipajang, karena memeang bapak Soeharto adalah seorang Jenderal tertinggi pada
masa Orde Lama.
Perjalanan belum berakhir, dan dilanjut
naik terus hampir ke puncak lawu, yaitu di Tawangmangu. Sebuah kota di pucuk
gunung lawu yang tak pernah lepas dari kabut tebal. Dan disana ada sebuah air
terjun yang popular dengan sebutan grojogan sewu. Kesan pertama kita
akan disambut oleh ratusan ekor kera liar yang hidup bebas disana.
“Memang air terjunnya ada seribu?” tanya Burhan.
“Meskipun jika di hitung tidak ada seribu grojogan,
namun ya dinamakan grojogan sewu” jawab ku sambil menuruni anak tangga.
Ketinggian air terjun grojogan
sewu mencapai 81 meter. Sehingga kita perlu turun beberapa puluh meter
dengan menapaki ratusan anak tangga yang terbuat dari batu-batu gunung.
“Kakiku sudah gemetar rasanya, sudah
gak kuat, ayo istirahat dulu disitu” ajak ku pada Burhan dan Luqman.
Tas ransel dan tas selempang yang
penuh menjadi penyebab kakiku gemetar, ditambah medan menuruni ratusan anak
tangga. Karena di setiap sudut ada tempat untuk istirahat, sehingga para
pengunjung yang capek bisa istirahat sebentar dan bisa melanjutkan jika sudah
tidak capek lagi.
Perjuangan yang berat menuruni anak
tangga terbayar semua oleh keindahan air terjun grojogan sewu dan
sejuknya suasana yang masih asri, disekeliling masih banyak tumbuh menjulang
tinggi berbagai jenis pohon berumur ratusan tahun. Semakin mendekat dengan
titik jatuhnya air terjun, semakin terasa hempasan bulir-bulir air yang terbawa
angin. Rasa sejuk pun langsung terasa. Air yang mengalir di sela-sela bebatuan
begitu bening dan dingin serasa es di kutub yang dapat mencairkan rasa lelah
yang tadi sempat menggumpal. Dan petualangan di grojogan sewu kami akhiri
dengan makan bareng di bawah naungan rindangnya pohon-pohon berusia ratusan
tahun.
“Kemana lagi rute selanjutnya? Tanya Luqman
“Lanjut ke Telaga Sarangan” sahut ku.
Kunci kontak aku tancapkan, dan
tombol stater motor pun aku tekan, gas di putar dan motor pun melaju dengan
gagah berani menaiki puncak gunung lawu. Melewati jalan naik turun nan berliku.
Medan yang ternyata lebih berat dari pada jalur waktu berangkat kemarin yang
berada di sebelah utara gunung lawu. Namun sekarang motor ku melaju melewati
sebelah selatan, dan hampir melewati puncak gunung lawu. Pemandangan kiri kanan
pun berbeda dengan kemarin, kalau kemarin di dominasi oleh kebun teh, namun sekarang
tidak. Sepanjang jalan ditumbuhi sayur-sayuran yang segar dan terlihat indah,
seperti kubis, brokoli, kentang, wortel, strobery, dan lain-lain. Villa-villa dan
rumah-rumah penduduk berjejer rapi di setiap sudut.
Rambu penunjuk arah Telaga Sarangan
pun telah nampak, motor pun kupaksa belok mengikutinya, yang sedari tadi ia
enggan berlari kencang karena medan yang begitu berat. Terbayang sudah di
kepala ku akan Speed boat yang ingin kunaiki, dengan ongkos sebesr 60
ribu rupiah kita bisa menikmati telaga sarangan dengan sekali putaran. Habis itu
juga bisa menikmati hidangan dari para penjual sate yang tumbuh subur di
sepanjang pinggir danau bak jamur di musim penghujan.
“Perjalanan Ngetrip ke gunung lawu
kita akhiri disini ya kawan” tandasku.
“Kapan-kapan kita Ngetrip lagi
ya” sahut Burhan.
Perjalanan pulang pun membawa segenggam
oksigen penyambung hidup, dan oleh-oleh kebahagiaan serta persahabatan yang
erat yang tertancap begitu dalam di rongga dada bersama alam gunung lawu.
Bagi para blogger atau sekedar suka nge-blog, tidak salahnya kita mengotak-atik tampilan blog kita agar terlihat menarik, yang efek sampingnya para pengunjung blog jadi kerasan dan berlama-lama di blog kita.
Kali ini aka saya bahasa cara merubah warna background judul widget pada blog.
Langkah-langkahnya sebagai berikut :
1. Login dulu ke Blogger.
2. Kemudian di Dashboard, klik Template
3. Klik Edit HTML
Coba cari kode ]]></b:skin> jika kesulitan mencarinya, coba dengan tekan Ctrl + F pada keyboard kemudian tuliskan kode di atas pada kotak pencarian yang muncul.
Jika kode ]]></b:skin> sudah
diketemukan, copy paste kode di bawah ini di atas kode tersebut :
.sidebar h2 {
background:#009900;
color: #ffffff;
margin: 0px 0px 8px 0px;
box-shadow: 0 0 0 4px #009900, 2px 1px 6px 4px rgba(10, 10, 0, 0.5);
border-radius: 3px;
-moz-border-radius: 1px;
-webkit-border-radius: 1px;
text-align:center;
Keterangan : yang berwarna Hijau pada kode HTML di atas bisa
Anda ubah sesuai selera. Background yang saya gunakan adalah warna hijau (#009900). Kemudian
perataan teks judul widget adalah: center / di tengah-tengah. Ini bisa diganti dengan warna lain dan perataan teks di kiri atau kanan.
Jika ingin merubah sudut kotak latar judul widget ini lancip
tidak melengkung, coba hapus bagian:
border-radius: 3px;
-moz-border-radius: 1px;
-webkit-border-radius: 1px;
Pada kode di atas juga bila menginginkan kotak
tersebut tanpa shadow/bayangan, buang bagian :
box-shadow: 0 0 0 4px #009900, 2px 1px 6px 4px rgba(10, 10, 0, 0.5);
Maka hasil akhir seperti pada gambar diatas.
Selamat mencoba, seoga berhasil.
Maka hasil akhir seperti pada gambar diatas.
Selamat mencoba, seoga berhasil.